CAP BESI Raih Juara1 di Ajang Wirausaha Nasional
CAP BESI atau Kecap Trembesi juarai ajang wirausaha nasional yaitu KMI Awards. Juara 1 bidang Industri Produksi dan Budidaya diraih oleh mahasiswa Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) sedangkan Juara 2 dan 3 diraih oleh Universitas Brawijaya dan Intitut Teknologi Kalimantan. Kecap sehat dari biji trembesi ini rasanya sama seperti kecap pada umumnya dan baik untuk metabolisme.
Melihat keresahan petani dengan tanaman pohon trembesi yang menyebabkan penyempitan volume tambak, Syarifah Nur Aini (Ketua Tim KMI Cap Besi) bersama tim mengusulkan biji trembesi dijadikan sebagai bahan baku kecap. Selain bertujuan memanfaatkan biji trembesi yang tidak terpakai menjadi produk yang bernilai jual, Cap Besi ini juga mementingkan produk yang sehat yaitu dengan menggunakan gula dari kulit singkong karena kandungan kalorinya lebih rendah dari gula aren yang umumnya digunakan untuk membuat kecap.
“Ada dua value yang kami angkat dari produk ini, yaitu mengurangi limbah biji trembesi yang tidak terpakai dan juga ingin membuat kecap yang sehat pakai gula dari kulit singkong”, kata Syarifah mengenai produk Cap Besi.
Syarifah bersama empat orang lainnya yakni Moh. Afit Haryanto, Ilmi Firdaus Shofiyah, M. Salman Alfarisi, dan Dalilah Salsa telah menjalankan bisnis ini sejak Maret 2019. Meskipun sudah lama, Syarifah dan tim masih merasa kesulitan dalam mengolah biji trembesi terlebih pada proses pengupasan yang masih dilakukan secara manual. Pada Minggu (6/12) di ajang KMI Virtual, Kecap Trembesi meraih juara 1.
Bermula dari pendanaan PKM tahun 2019, tim Syarifa mencoba membuat formula yang sebaik mungkin untuk membuat bisnis produk kecap tersebut. Namun dalam pendanaan itu dirasa kurang optimal dalam hal profit sehingga tim merasa tidak masuk ke babak selanjutnya. Tim Cap Besi tidak berhenti darisitu, tim tetap melakukan produksi. Sebulan atau setiap dua bulan sekali dapat menghasilkan 20 liter.
Cobaan kembali muncul ketika pandemi datang. Tim Cap Besi menghentikan produksi dan tidak kembali berjulan. Pada waktu yang bersaman adanya pengumuman pendanaan KBMI, Tim mengikuti ajang tersebut dan lolos. Adanya dorongan motivasi dari Dosen Teknologi Pengolahan Pangan di Departemen Teknik Kimia UISI yakni Bapak Anni. Sehingga para Tim Cap Besi dapat membangkit kembali untuk semangat mengikuti ajang pendanaan KBMI tersebut.
Syarifah menjelaskan tujun utama Tim untuk mengikuti expo ini adalah mencari jalan keluar untuk menghadapi susahnya mengelupas kulit. Mencoba untuk menemukan solusi tersebut dengan dua metode yakni metode pertama dengan meroasting biji trembesi dengan alat kopi dan yang kedua adalah langsung dimasak dengan kulitnya. Penggunaan kedua metode berhasil menjadi solusi permasalahan tersebut.
Hal yang unik adalah operasional bisnis (Pendanaan oleh KBMI) dari Tim Cap Besi menggunakan alat yang sederhana menggunakan metode lama dengan sangrai dan mencoba mengembangkan produk. Produk pengembangan dari biji trembesi ini berupa, kerupuk, kopi, tempe, dan trembesi matang.
Produk yang bergerak di bidang agroindustial food, awalnya produk dibuat untuk mengurangi biji trembesi yang berserakan di Lamongan dan menyebabkan pendangkalan tambak. Tim Cap Besi telah menelusuri lebih lanjut dan menemukan bahwa trembesi memiliki kandungan yang cukup baik dan umumnya dijadikan cemilan untuk masyarakat desa. Selain itu bertujuan untuk pemasukan GAPOKTAN Lamongan karena mereka merupakan partner dalam hal penyediaan bahan baku.
Sedangkan berbicara tentang pohon trembesi, merupakan pohon yang sangat banyak dan mulai digemari pecinta lingkungan karena dapat menyerap CO2 lebih banyak dibandingkan dengan pohon lain, serta memiliki kemiripan sifat dengan biji kedelai. Maka dari itu Tim Cap Besi akhirnya memutuskan untuk membuat bisnis produk kecap.
Menjadi juara pertama dalam ajang KMI Award merupakan suatu kebanggan yang didapat oleh Syarifah beserta Tim. Tidak hanya sampai disitu, produk bisnis tersebut digadang akan tetap diproduksi dan dilanjutkan. “Kami sudah mengurus CV dari pendanaan KBMI, akan tetapi masih belum keluar surat resminya. Kami berharap bisa bekerja sama dengan Kabupaten lamongan agar menjadi branding kami dengan cepat karena competitor pasar kami sangat besar. Jadi ketika ditanya, menjadi kecap khas lamongan. Kemudian apa bedanya? baru menjelaskan bahwasanya bedanya dari segi bahan baku dan terdapat produk lainnya juga dari trembesi. Harapaanya bisnis ini dapat berlanjut dan berkembang lebih cepat.” Ungkap Syarifah. (*)