Orasi Dwi Soetjipto, Kukuhkan 611 Mahasiswa Baru UISI
UISI, Gresik – 20 menit menjadi orasi eksklusif yang disampaikan oleh founding father UISI, Dr. Ir. Dwi Soetjipto, MM. Melalui Sidang Senat Penyambutan mahasiswa baru UISI 2017, beliau menyampaikan peranan universitas berbasis korporasi bagi kemajuan bangsa. Acara yang diketuai oleh Ir. Johan Samudra M.M digelar sebagai salah satu rangkaian penerimaan mahasiswa baru. Sebanyak 611 mahasiswa dari total 2620 mahasiswa pendaftar yang berasal dari berbagai SMA/SMK se-Indonesa turut memenuhi Gedung Wisma Jenderal Ahmad Yani (6/9).
Dalam orasinya, Dwi Soetjipto menyampaikan dengan gamblang mengenai segala kondisi yang sedang dialami Indonesia, mulai dari potensi SDA unggulan hingga nilai ekspor dan Impor Indonesia. “Indonesia masih melakukan impor dalam bentuk produk finished ataupun semi finished” tutur Dwi meyakinkan. Hal ini tentunya dipengaruhi karena kurangnya sumber daya manusia yang intelek, sehingga Indonesia hanya menjadi pelaku dalam pemasok bahan baku tanpa diolah. Bahkan, produk dengan Brand Indonesia pun masih kurang dikenal oleh masyarakat manca negara.
UISI sebagai Corporate University, tentunya harus memiliki pergerakan yang membawa perubahan. Mengingat daya saing Indonesia yang masih di peringkat 41 dalam skala dunia, lebih rendah dibanding Malaysia dan Thailand yang berada pada peringkat 25 dan 34. Ditambah lagi tantangan era digital tentu tidak bisa dipungkiri, “Para pebisnis kini memanfaatkan internet sebagai media marketing baru” lanjut Dwi. Masyarakat beralih pada dunia dalam genggaman, tak hanya komunikasi dan transaksi, melainkan sharing economy seperti aplikasi uber dan airbnb.
Peranan UISI dapat dilakukan melalui pengembangan riset, berkolaborasi dengan mitra intansi baik pendidikan mau pengembanan riset seperti ITB, ITS dan electric car. Serta memiliki komitmen yang tinggi untuk menciptakan lulusan bukan hanya profesional, melainkan figur seorang entrepreneur. “Indonesia jangan hanya menjadi pasar, melainkan pemain yang siap bersaing dengan opini publik” jelas Dwi mengakhiri orasinya. (far/day)