Pendidikan non formal oleh SMIF
Pendidikan non formal oleh SMIF
10 April 2018 | Tim Media UISI

SMIF Rencana Garap Pendidikan Non Formal

Sebagai ujung tombak penguatan branding korporasi, Semen Indonesia Foundation (SMIF) telah banyak berbuat untuk masyarakat.

Sebagai ujung tombak penguatan branding korporasi, Semen Indonesia Foundation (SMIF) telah banyak berbuat untuk masyarakat. Salah satunya melalui penyelenggaraan pendidikan formal mulai jenjang PAUD hingga perguruan tinggi. Terakhir, SMIF mendirikan Akademi Komunitas Semen Indonesia (AKSI) di Gresik dan Rembang, menyusul Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) yang telah eksis sejak tiga tahun lalu.

Namun, Ketua SMIF Guntoro berpendapat, menyelenggarakan pendidikan formal saja tidaklah cukup. Pihaknya ingin yayasan yang sebelumnya bernama Semen Gresik Foundation (SGF) ini juga mengelola pendidikan non formal. “Kalau melihat misinya, pendidikan non formal ini juga termasuk bidang garap SMIF. Hanya saja selama ini belum tertangani secara maksimal. Ini nanti akan kami jadikan program tambahan,” kata Guntoro saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (12/3).

Wujud pendidikan non ijazah itu misalnya pengembangan kepemudaan serta entrepreneurship. Disebutkan Guntoro, langkah SMIF membuat kebun percobaan (buncob) dan kebun pendidikan (bundik) di belakang kantor yayasan serta di kawasan Ngipik, Gresik, sejatinya sudah mengarah ke pendidikan non formal. “Tapi belum maksimal karena kita kemarin fokus pada pendidikan formal,” sambungnya.

Kebetulan SMIF memiliki unit Cipta Laras Semen Indonesia (CiLSI) yang bergerak di bidang konseling dan psikologi. CiLSI berpengalaman menangani tes psikologi untuk promosi karyawan anak-anak perusahaan Semen Indonesia. CiLSI bisa dikembangkan menjadi salah satu penyelenggara pendidikan non formal kepemudaan, dengan konsep outbound training. “Kan kita punya bumi perkemahan yang bisa dimafaatkan untuk outdoor training-nya,” sebut lulusan Teknik Kimia ITS Surabaya ini.

Pada tahap awal CiLSI akan menangani outbound training para siswa sekolah di lingkungan SMIF, khususnya terkait pengembangan kepemimpinan dan soft competency. Disamping itu, imbuh Guntoro, bisa juga menggandeng anak-anak usaha SMI yang selama ini menggunakan provider outbound dari luar.

“Memang lebih komprehensif, lokasinya di kawasan rafting, tapi kan mahal. Sementara kalau kita ngomong lesson learned, yang penting itu kan brief-nya,” terang Guntoro seraya menambahkan, pihaknya akan bekerja sama dengan lembaga outbound profesional untuk melatih para personel SMIF. “Jadi tata cara menyelenggarakan outbound yang baik itu seperti apa, itu kan perlu dipelajari,” cetus dia.

Setelah itu barulah SMIF menyentuh pengembangan kepemudaan di sekitar perusahaan, bersama-sama dengan program CSR SMI. Sedangkan untuk entrepreneurship, papar Guntoro, SMIF hendak mengoptimalkan peran LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UISI. “LPPM UISI kan punya entrepreneur development, nanti kita bisa kolaborasi,” beber dia. (lin/bwo).

Artikel Terkait