Aki dari Kulit Buah Siwalan Mengantarkan Mahasiswa UISI Raih Juara
Gresik – Juara Harapan 1 berhasil dibawa pulang oleh tim mahasiswa UISI dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional 2018 di Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Perlombaan yang bertajuk The 4th KOIN ini menjadikan Eka Rahayu Rohmadiani tergugah mengajak Maulidya Misdia Wati dan Miftahul Rozy untuk membentuk tim penelitian.
Aspek teknologi yang digeluti dalam lomba dan perkuliahan, maka ia dan timnya memutuskan untuk mengangkat penelitian tentang buah siwalan dengan judul “SUFLATERRY (Borassus Flabellifer Lead Acid Battery) : Inovasi dan Optimalisasi Potensi Desa Delegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik dalam Mewujudkan Indonesia Mandiri 2025.
Penemuan ini bermula setelah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang kebetulan di Desa Delegan tersebut banyak dijumpai kulit buah siwalah yang terbengkalai.
Pada penemuan sebelumnya, buah siwalan dapat dijadikan briket yang berbahan dasar kulit buah siwalan yang sudah benar-benar kering.
Sedangkan inovasi terbaru ini membutuhkan kulit buah siwalan yang memiliki kadar air cukup tinggi.
Aki dari kulit buah siwalan ini memiliki tegangan optimal sebesar 7 Watt.
Inovasi ini cukup membantu para Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai bahan pengganti lampu minyak ataupun aki motor untuk berjualan.
Beberapa pedagang desa setempat sudah memberikan respon yang baik terhadap penggunaan aki dari kulit buah siwalan ini.
Eka menuturkan, “Aki tersebut jika hanya digunakan sebagai penerangan saat berjualan dapat bertahan hingga 7 hari, sedangkan jika digunakan selama 24 jam secara terus-menerus akan meredup (namun tidak mati) setelah 3 hari”
Mahasiswa bimbingan Azmi Alvian Gabriel, S.T, M.T, ternyata hanya mengeluarkan sedikit biaya yakni sekitar Rp 75.000,- untuk membeli aki, kabel dan perlengkpan.
Aki yang digunakan adalah aki bekas, yang akan direndam menggunakan larutan seperti Aquades atau merek cairan yang lain.
Proses perendaman aki menggunakan cairan Aquades dan juga kulit buah siwalan ini telah diuji selama 6, 12, 18, 24 jam, dan hasil yang paling optimal menunjukkan ketika proses perendaman selama 12 jam.
Eka menambahkan bahwa akan ada penelitian lanjutan untuk menyempurnakan penemuan ini sehingga dapat dimanfaatkan dengan lebih baik lagi dan berdampak baik bagi masyarakat Desa Delegan. (rry/han)