Produk Cap Besi (Kecap Trembesi) sudah berada di pasaran
Produk Cap Besi (Kecap Trembesi) sudah berada di pasaran
23 Agustus 2020 | Tim Media UISI

Cap Besi : Produk Kecap Trembesi Karya Mahasiswa UISI dalam Kegiatan KBMI

Produk karya mahasiswa yakni kecap dari biji trembesi yang diikutkan dalam Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia, dapat mengurangi limbah biji trembesi dan membuat kecap lebih sehat karna memakai gula yang berasal dari kulit singkong.

Produk Cap Besi (Kecap Trembesi) menjadi produk karya Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) yang sebelumnya sempat lolos pada PKM (Pekan Kreatifitas Mahasiswa), kini telah diikutkan dalam kegiatan KBMI (Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia). Produk ini dihasilkan melalui pemanfaatan pohon trembesi di area tambak Desa Palangan, Kecamatana Karangbinangun, Kabupaten Lamongan.

Melihat keresahan petani dengan tanaman pohon trembesi yang menyebabkan penyempitan volume tambak, Syarifah Nur Aini (Ketua Tim KBMI Cap Besi) bersama tim mengusulkan biji trembesi dijadikan sebagai bahan baku kecap. Selain bertujuan memanfaatkan biji trembesi yang tidak terpakai menjadi produk yang bernilai jual, Cap Besi ini juga mementingkan produk yang sehat yaitu dengan menggunakan gula dari kulit singkong karena kandungan kalorinya lebih rendah dari gula aren yang umumnya digunakan untuk membuat kecap.

“Ada dua value yang kami angkat dari produk ini, yaitu mengurangi limbah biji trembesi yang tidak terpakai dan juga ingin membuat kecap yang sehat pakai gula dari kulit singkong”, kata Syarifah mengenai produk Cap Besi.

Syarifah bersama empat orang lainnya yakni Moh. Afit Haryanto, Ilmi Firdaus Shofiyah, M. Salman Alfarisi, dan Dalilah Salsa telah menjalankan bisnis ini sejak Maret 2019. Meskipun sudah lama, Syarifah dan tim masih merasa kesulitan dalam mengolah biji trembesi terlebih pada proses pengupasan yang masih dilakukan secara manual.

“Sebenarnya kita ingin punya alat agar bisa diproduksi secara massal gitu, sebelumnya biji trembesii dikupas secara manual. Akhirnya kami coba untuk mengajukan di KBMI ini dan kita belajar pula ternyata banyak banget evaluasi yang diperlukan dalam bisnis”, tambah Syarifah. (fns/msl)

Artikel Terkait