Sosok Abdul Halim, S.T., MT. PhD yang merupakan salah satu Dosen UISI
Sosok Abdul Halim, S.T., MT. PhD yang merupakan salah satu Dosen UISI
22 Agustus 2020 | Tim Media UISI

Dapatkan Hibah Penelitian dari Jepang, Dosen UISI Lakukan Riset tentang Waste-Water Treatment

Abdul Halim, S.T., MT. PhD merupakan salah satu Dosen UISI yang berhasil lolos mendapatkan hibah penelitian dari Kurita Water & Environment Foundation (KWEF) Asal Jepang.

UISI – Seperti yang kita ketahui bahwa dari bentangan pulau di seluruh wilayah Indonesia menyimpan banyak kekayaan, tidak terkecuali sumber daya air. Meskipun kaya akan air, namun masih sangat memungkinkan bagi Indonesia meghadapi ancaman krisis air bersih. Banyaknya limbah air yang belum diolah dengan baik, serta pemisahan minyak dan air yang masih memerlukan banyak tempat, energi dan waktu yang relatif lama menjadi suatu alasan adanya penelitian yang dilakukan oleh Abdul Halim, S.T., MT. PhD yang merupakan salah satu Dosen Teknik Kimia UISI.

Melalui penelitian yang berjudul “Development Bioinspired All-biodegradable Membrane for Functional Waste-water Treatment” , Halim berhasil lolos mendapatkan pendanaan hibah penelitian dari Jepang. Kegiatan hibah penelitian ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Kurita Water & Environment Foundation (KWEF). Sebelumnya, Halim juga pernah melakukan penelitian dengan judul “Fabrication of Cellulose Nanofiber-deposited Cellulose Sponge as an Oil-water Separation Membrane” , saat menempuh S3 dengan beasiswa Monbukagakusho (MEXT) yang diperoleh dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang.

“Sebenarnya tidak ada kiat khusus. Proposalnya hanya 2 lembar, yang 1 lembar biodata dan 1 lembar isi. Mungkin lebih ke arah bagaimana agar bisa menarik dan meyakinkan tim penilai dalam satu lembar proposal. Dibuat lebih jelas apa poin menariknya dan seberapa penting kenapa harus dapat dana," ujar Halim saat ditanya mengenai kiat khusus agar dapat lolos hibah penelitian.

Hibah ini dirasa sangat bermanfaat dan membantu early career scientist yang sedang membangun laboratorium atau tema risetnya. Karena dari pihak KWEF juga mewajibkan penerapan penelitian dilakukan di negara asal.

“Jumlah peneliti dan S3 di Indonesia itu masih belum seujung kuku dibanding dengan jumlah penduduknya. Semoga peneliti di Indonesia semakin baik dari segi kuantitas, kualitas dan produktivitas. Semoga juga semakin banyak dana penelitian yang bisa diterima oleh para peneliti untuk membiayai penelitiannya dan penelitian milik mahasiswa,” harap Halim. (ifs/rry)

Artikel Terkait