Insulator Thermal Berbasis Aerogel Sorgum Dari Limbah Pabrik Fosfat
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan kembali adalah limbah dari pabrik fosfat yang berupa Natrium Silikat. Aerogel merupakan material padatan ultra-pori yang memperlihatkan volume pori yang besar dengan (porositas ≥ 90%), surface area yang tinggi, dan densitas bulk yang rendah. Dalam penelitian ini aerogel berasal dari tanaman sorgum. Sorgum (Sorghum Bicolor (L) Moench) memiliki beberapa kandungan serat bahan salah satunya adalah kandungan selulosa yang cukup besar sebanyak 44,6 %, ditambah kandungan lain seperti hemiselulosa 27,1%, lignin 20,7% dan abu 0,4%.
Berdasarkan peluang dan potensi tersebut, tiga mahasiswa UISI memanfaatkan sorgum untuk pembuatan aerogel sebagai bahan dasar insulator thermal untuk kotak penyimpanan sayur dan ikan dimana natrium silikat digunakan sebagai bahan tambahan untuk memperkuat aerogel dari sorgum dan pengganti silika aerogel karena harganya yang murah dan ramah lingkungan serta mudah dalam pembuatannya. Inovasi ini diusulkan oleh Abdullah Ja’far Afifi (Teknik Kimia 2015), Dwi Ira Puspita Sari (Teknik Kimia 2015), dan Rosa Fitriya (Teknik Kimia 2016). dengan dosen pembimbing, Eka Lutfi Septiani., ST., MT. Inovasi ini pun berhasil mendapatkan dana hibah melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) DIKTI.
Proses pembuatan aerogel sorgum dengan penambahan silika ada beberapa tahapan yaitu tahap persiapan bahan, tahap delignifikasi, tahap pretreatment silika, tahap sintesis aerogel dan tahap karakterisasi. Uji XRF limbah silika kandungan silika sebesar 88,82% dan kandungan Na2O sebesar -0,17%. Untuk Na-silika kandungan silika sebesar 44,32% dan kandungan Na2O sebesar 55,34%. Perbandingan antara aerogel non silika dan aerogel dengan silika menjelaskan bahwa rata-rata densitas aerogel non silika lebih kecil dibandingan dengan aerogel dengan silika sedangkan untuk porositas aerogel non silika lebih besar. Semakin banyak kandungan Na-silka pada sampel aerogel maka ketika di panaskan dalam waktu 1 menit ketahanan panas semakin besar.