8 Mei 2017 | Tim Media UISI

Berkalungkan Medali, Abdul Majid untuk Jujitsu, untuk UISI

prestasi UISI cabang olahraga jujitsu

Meraih prestasi melalui tendangan dan pukulan,  Abdul majid membuktikan yang baru lahir tak kalah lincah dengan yang sudah mahir.

Membawa nama Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) untuk dikenal lebih luas di kancah nasional maupun internasional sudah menjadi hal yang wajib dilaksanakan, khususnya bagi setiap mahasiswa di salah satu kampus terbaik yang ada di Kota Gresik ini. Berawal dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang masih seumur jagung, Abdul majid mampu membawa nama baik Universitas ditingkat nasional. Melalui keahliannya dibidang bela diri Jujitsu, Majid mampu melibas seluruh lawannya pada kejuaraan Jujitsu yang diselenggarakan di Ponorogo (18/03). Kejuaraan tersebut merupakan ajang pertarungan bela diri Jujitsu resmi yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Terdiri dari berbagai tingkatan yakni mahasiswa dan umum menjadikan turnamen bela diri tersebut sebagai ajang untuk “unjuk gigi” bagi seluruh jujitsan yang ada di seluruh Indonesia, tidak terkecuali dari UKM Jujitsu UISI yang juga telah mengirimkan empat orang jujitsan yang siap bertanding membela nama UISI.

Perjuangan Majid dan tim berawal dari program UKM Jujitsu UISI untuk menambah pengalaman dan jam terbang. Keinginan untuk memperkenalkan jujitsu UISI kepada dojo-dojo lain di luar Gresik menambah tekad yang ada di hati pejuang jujitsan UISI yang berkompetisi. Dengan keyakinan yang kuat tersebut akhirnya Majid mampu menunjukkan bahwa meskipun baru seumur jagung, tapi Jujitsu UISI sudah mampu menunjukkan tajinya diluar kandang. Hal tersebut dibuktikan dengan diraihnya medali perunggu oleh Abdul Majid dan satu rekan tim dari UISI yakni Mudi Adnan. “Kita tunjukkan bahwa anak dojo UISI juga bisa berprestasi, nyatanya Alhamdulillah kita bisa dapat dua medali perunggu sesuai dengan target awal kita untuk berangkat kesana,” ujar Majid dengan sumringah.

Tidak hanya bermodalkan doa dan keberanian saja! Untuk mencapai prestasi terebut, dibutuhkan persiapan yang matang dengan melalui berbagai tahap. Pertama adalah dengan fokus terhadap seluruh anggota jujitsu UISI yang berpotensi dan berminat terhadap kompetisi. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mengetahui potensi yang ada pada seluruh jujitsan. Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan pelatihan yang rutin dan lebih spesial daripada latihan biasa. Majid yang saat ini menjabat sebagai ketua jujitsu UISI menjelaskan, terdapat latihan khusus yang dilakukan oleh atlet. Latihan tersebut dilakukan dengan berkolaborasi bersama dojo-dojo lain. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan relasi dan materi pelatihan, serta meningkatkan mental pada saat bertanding melawan teman-teman dari dojo lain. Sehingga mereka akan terbiasa bertanding sebelum benar-benar terjun di arena pertandingan, tambahnya.

Ketika ditanya mengenai atmosfer dari pertandingan yang diikuti, Majid menjelaskan bahwa di pertandingan Ponorogo sangat terasa “sangar” nya. “Bagaimana tidak, kita yang baru pertama kali terjun langsung kesana dan bertemu dengan orang-orang berbadan super betot serta memakai baju/dogi yang bagus dan kelihatan mahal,” ujarnya. Sehingga tentu saja Jujitsan yang turun pada pertandingan di Ponorogo kali ini bukanlah atlet-atlet yang sembarangan. Namun, dengan modal yang telah dipersiapkan dengan matang, Majid dan tim memiliki rasa percaya diri yang tinggi. “Walaupun badan kita biasa-biasa saja dan ghi (baju) kita termasuk yang paling biasa saja, tapi kita bisa buktikan bahwa kemampuan kita lebih dari biasa saja,” ujar Majid dengan bangga.

Pengalaman ini merupakan hal yang luar biasa bagi Majid. Mampu membawa pulang predikat juara untuk Universitas, khususnya untuk UKM Jujitsu UISI merupakan kebanggaan tersendiri yang dirasakan. “Karena dengan ini menunjukkan bahwa UKM ini pantas untuk berdiri di UISI, dengan prestasi yang mampu mengharumkan nama UISI,” ujarnya. Hal tersebut membuktikan bahwa jujitsu UISI bukan hanya ajang untuk berlatih bela diri, melainkan sebagai salah satu wadah bagi mahasiswa untuk menumbuhkan prestasi.

Bagi seorang jujitsan seperti Majid, momen-momen yang didapatkan kala keikutsertaannya dalam dunia jujitsu ini sangat banyak. “satu momen mungkin terlalu sempit bagi saya, karena saya baru bisa merasakan ketika sudah banyak momen di jujitsu yang saya alami”, ujarnya dengan serius. Pemuda terlihat pemalu ini menjelaskan bahwa jujitsu bukan hanya sekedar organisasi atau latihan bela diri saja baginya. Dari jujitsu seorang Majid menemukan keluarga baru dan menjadikannya semakin yakin dengan jalan yang sudah ditempuh. “karena ketika ada teman kita yang susah akan saling dibantu oleh yang lain, dan ketika ada waktu luang kita bisa kumpul-kumpul di sekre (read: tempat berkumpul para jujitsan) sebatas main atau berbagi keluh kesah dengan yang lain sehingga hal inilah yang membuat saya masih bertahan dijujitsu hingga saat ini,” ujarnya dengan penuh ketulusan.

Perjuangan masih berlanjut. Meskipun sudah mengantongi predikat juara, Majid memiliki harapan lebih tinggi kedepannya. Dengan kerendahan hati Majid mengungkapkan bahwa ia ingin tetap berpegang teguh untuk menciptakan organisasi kampus yang memberi manfaat,  bagi internal kampus maupun eksternal kampus seperti jujitsu Gresik. Selain itu, jujitsan ini juga berharap terhadap fasilitas penunjang latihan yang bisa lebih baik lagi. Namun hal tersebut bukan merupakan orientasi utama dalam UKM jujitsu ini, melainkan sebagai bonus untuk mendukung prestasi jujitsu UISI lebih baik lagi.[emb/sil]

Artikel Terkait