CUBE TALKS 2 : CEO Dus Duk Duk Bagikan Pengalaman Memulai Bisnis pada Masa Perkuliahan
UISI – Incubes Universitas Internasional Semen Indonesia kembali menggelar kegiatan seminar online edisi 2 melalui Google Hangout Meet. Menghadirkan narasumber berprestasi yakni Arief Susanto selaku CEO Dus Duk Duk, yang juga merupakan 30 under 30 versi Forbes Magazine. Pada kesempatan kali ini, beliau membagi ilmunya seputar “Memulai Bisnis dari Tugas Kuliah dan Menjadi Mahasiswa Berpenghasilan”. Acara ini dilaksanakan pada Sabtu (16/05) dan dimoderatori oleh Tyas Nastiti.
CEO Dus Duk Duk asal Jombang yang kerap disapa Arief ini memulai bisnisnya dengan berangkat dari bangku perkuliahan yang setiap harinya sering membicarakan mengenai desain dan kreativitas. Dari tugas kuliah tersebut beliau memulai untuk mengeksplorasi dan mengembangkan idenya menjadi sebuah bisnis yang dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). “Modal bisnis era millenial ini lebih mengandalkan kreativitas. Berbanding terbalik dengan zamannya Om Bob Sadino yang modalnya mengandalkan dengkul", ungkapnya. Ide produk Dus Duk Duk sendiri berasal dari bahan dasar kardus. Arief merasa bahwa kardus adalah material yang baik, menarik, dan bagus. Akan tetapi, banyak orang yang menganggap kardus konotasinya kurang baik. “Disinilah saya ingin mengubah menjadi generasi kardus baru", jelasnya.
Menurutnya, bisnis dalam rotasi perkuliahan sangatlah menantang karena beliau harus menunjukkan dirinya bisa memberikan semangat ke tim dengan beberapa ide – idenya. Makin banyak tim makin banyak pula tantangan yang dihadapinya. “Yang paling penting, kita harus memulai dari sekarang. Jangan kita lihat hambatannya tapi ingat mimpi kita dengan hasil yang memuaskan nantinya”, tambahnya. Arief tak pernah mengharapkan lebih dari orang lain karena tiap orang memiliki tujuan dan potensi masing – masing tinggal kita menempatkan mereka sesuai dengan porsi kemampuannya.
Dus Duk Duk menggunakan model bisnis B2B (Business to Business) dengan memberikan pesanan khusus sesuai permintaan pelanggan. Sedangkan untuk rencana selanjutnya Dus Duk Duk menggunakan model B2C (Business to Consumer) dengan 20 desain dan mengeluarkan produk baru tiap 2 minggu sekali. Berada dalam kondisi pandemi COVID-19 dengan beberapa hambatan dalam berbisnis ini membuat Arief mau tidak mau harus mengunakan stategi bisnis dengan menggabungkan entrepreneur mindset yang mewajibkan untuk berfikir sebelum, waktu terjadi, dan setelah terjadi pandemi ini.
“Dus Duk Duk memang sangat inspiratif buat kalangan mahasiswa. Sharing bisnis seperti ini dapat membantu kita agar tidak jenuh dengan tugas – tugas kuliah ditengah pademi yang tengah berlangsung”, tutur Akhmad Nur Fahrozi yang merupakan salah satu peserta melalui postingannya di Instagram mengenai acara ini.
(aml/msl)