E-vote : Karya Mahasiswa Sistem Informasi UISI Diterjunkan di Tengah Kesibukan Persiapan PERMIRA
UISI - Baru-baru ini Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) disibukkan dengan pelaksanaan Pemilu Raya (PEMIRA) Anggota Senat Mahasiswa (SEMA) dan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Tidak hanya punya jadwal padat dilingkup universitas, rupanya internal himpunan di UISI juga tengah menyiapkan beberapa agenda.
Seakan tidak dapat absen dengan dunia teknologi dan melihat kondisi pandemi yang semakin menyebar di berbagai daerah, hal ini kerap menjadi alasan mengapa setiap kegiatan harus beralih dengan istilah WFH (Work from Home). Begitupula dengan pelaksanaan PEMIRA 2020 yang diselenggarakan secara daring. Oleh karena itu, mahasiswa Sistem Informasi UISI membuat sistem e-vote yang memanfaatkan teknologi informasi berbasis web untuk memfasilitasi KM UISI (Keluarga Mahasiswa Universitas Internasional Semen Indonesia) dalam pelaksanaan pemungutan suara.
Tim e-vote yang beranggotakan 3 orang yaitu, M. Naufal Sulaiman, Rafael Celvin dan Agus Stiawan menamai karyanya dengan “myvote.id”. adanya karya ini dapat membantu memudahkan pelaksanaan pemilihan pasangan calon ketua organisasi. Dalam penggunaannya tidaklah sulit, karena fitur yang dirancang pada teknologi ini disesuaikan dengan kebutuhan. Pada “myvote.id” terdapat 2 (dua) pengguna, yaitu admin atau penyelenggara pemilihan umum dan pemilih atau KM UISI yang memiliki hak suara.
Berbeda dengan pemilihan secara konvensional, umumnya proses pelakasaan pemilihan dilakukan secara manual. Dari persiapan kertas untuk pemilihan suara, penyiapan bilik pemilihan, perhitungan suara hingga rekapitulasinya. Namun, dengan menggunakan “myvote.id” semua sudah dilakukan secara otomatis. Sehingga, dapat mengurangi sampah kertas.
“Akhirnya kita membuat start up lain, yang tidak jauh dari project kita sebelumnya, yaitu website untuk melakukan pemilihan umum dengan tujuan menekan biaya dan hemat kertas," kata Naufal Sulaiman.
Setiap individu yang ingin menggunakan hak suaranya harus mendaftarkan diri kepada admin melalui e-mail. Kemudian, pemilih akan mendapatkan kode token dari email yang telah terdaftar untuk masuk kedalam bilik pemilihan online. Setelah masuk, pemilih hanya memiliki 1 (satu) hak suara. Untuk menggunakan hak pilihnya, pemilih harus dengan menekan tombol “vote” sesuai dengan calon yang dipilihnya.
Umumnya, keamanan dan kerahasian dalam pemilihan maupun perhitungan menjadi sorot masyarakat yang sering diragukan. Alih-alih terdapat kecurangan akibat panitia penyelenggara yang condong dengan salah satu paslon. Namun, dengan “myvote.id” telah dibuat dengan sebaik mungkin. Peserta hanya dapat melihat siapa yang telah memberikan hak suaranya layaknya pada absensi. Sedangkan, admin bilik pemilihan tidak dapat melihat nama peserta, hanya dapat melihat jumlah suara pada paslon dan rekapitulasi.
“Akan disesuaikan dengan keperluan untuk pemilihan umum. Baik dari segi keamanan dan kenyamanan. Namun tokennya di sensor 3 huruf terakhir dan ini dirasa sudah memenuhi kebutuhan," jelas Naufal.
“Jadi, kita melakukan research terlebih dahulu lalu menentukan fitur dan bagaimana metode sistem yang akan kita gunakan pada myvote.id, kemudian kita membuat prototype sebelum melalukan pemrograman. Setelah itu, kita melakukan ujicoba, evaluasi dan update untuk kedepannya," imbuhnya.
Mereka yakin 100% sistem e-vote dapat berjalan dengan baik meskipun masih dalam tahap pengembangan. Kesiapan ini telah mengantongi mereka dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas dikemudian hari (fns/rry)