Kolaborasi Hasilkan Metode Estimasi Effort Game Digital
Gresik - Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, seolah game tak mau ketinggalan untuk diteliti. Dua dosen Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) yaitu Renny Sari Dewi, S.Kom., M.Kom dan Trias Widha Andari, S.Sn., M.Ds. memandang bahwa penelitian game tidak hanya dititikberatkan pada sisi pemain, tetapi juga pengusaha bidang game development. “Ketika penerapan metode ilmiah itu mudah dan praktis tentu senang sekali, dan kami para praktisi memang butuh masukan dari akademisi, salah satunya dibidang estimasi biaya game”, tutur Teddy Pandu, Ce-Founder PT. Nightspade Multi Krasi.
Maulidan Bagus Afridian Rasyid, selaku CEO MaulidanGames.com asal Surabaya, merasa dengan adanya penelitian ilmiah ini sesungguhnya dapat membuka cakrawala baru pelaku bisnis game yang selama ini mungkin dikenal secara praktis. “Selama ini kami mengenal beberapa metode ilmiah seperti metode Use Case Points, Function Points, Cocomo, tetapi untuk diterapkan pada bisnis kreatif perlu penyesuaian dan effort lagi,” tutur Maulidan.
Metode Function Points (FP) merupakan salah satu metode yang cukup dikenal dalam estimasi usaha pengembangan perangkat lunak. Renny selaku dosen Program Studi Sistem Informasi UISI, optimis bahwa metode FP ini juga dapat diterapkan pada bisnis game digital, disamping itu Renny pernah menguji metode estimasi sebelumnya, salah satunya Use Case Points. “Rasa keingintahuan dan penasaran membuat saya ingin men-challenge metode Function Points ini, apakah cocok jika diterapkan pada studi kasus game digital,” ujar Renny.
Penelitian yang telah dilakukan mulai bulan mei hingga senin (17/9) ini bertujuan untuk mengkolaborasikan game development dengan 8 faktor estetika yang dirumuskan oleh LeBlanc, antara lain: sensasi, fantasi, narasi, tantangan, persekutuan, keingintahuan, ekspresi, dan keberlanjutan. Trias selaku dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual UISI ini sangat berperan menentukan maksud dalam taksonomi LeBlanc ini.
“Jika metode FP ini “dipaksakan” untuk dipakai dalam pengukuran usaha game digital, deviasinya terlalu besar sehingga kurang relevan, perlu penyesuaian untuk faktor kompleksitasnya. Pada dasarnya game dan software terdapat persamaan dan perbedaan yang mencolok,” jelas Renny. Kedepan, Renny bermaksud memodifikasi metode FP ini pada faktor kompleksitasnya, sehingga feasible jika ingin diterapkan pada game digital (rsd). (*)