Mahasiswa Sistem Informasi UISI Masuk Top 10 Kompetisi Internasional Project Management Challenge 2025
UISI – Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI). Kali ini datang Tim Bubadibako, yang terdiri dari 4 mahasiswa Program Studi Sistem Informasi yakni, Nur Haliza (3022210702), Wahyu Kurnia Shandy (3022210030), Balya Badar Syah (3022210007), dan Rizky Febrian Dwi Putra (3022210026) yang akhirnya berhasil menembus Top 10 ajang internasional Project Management Challenge (PMC) 2025, salah satu kompetisi bergengsi yang digelar oleh Project Management Institute (PMI).
PMC merupakan kompetisi tahunan berskala global yang terbuka untuk seluruh mahasiswa S1 maupun S2, baik dari dalam maupun luar negeri. Tahun ini, kompetisi tersebut mengusung tema “Empowered Local Economies: Cultivating Cultural Growth for a Sustainable Future”. Seluruh peserta ditantang untuk merancang proyek inovatif yang tidak hanya menjawab persoalan nyata, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi lokal berkelanjutan berbasis budaya.
Nur Haliza, salah satu anggota Tim Bubadibako, menjelaskan bahwa kompetisi ini berlangsung cukup panjang dan bertahap. terdapat tiga tahapan yang harus dilalui oleh haliza bersama dengan teman satu tim nya yakni pengumpulan abstrak serta babak semifinal yang dilakukan secra daring, serta tahap final yang digelar secara offline di kota Yogyakarta. “Tahap pertama adalah pengumpulan abstrak proyek pada 27 April, lalu diseleksi untuk masuk semifinal dengan tugas menyusun Mini Project Master Plan (MPMP). Alhamdulillah kami lolos ke final yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 13–15 Juni,” ungkap wanita yang kerap disapa haliza tersebut .
Babak final PMC 2025 berlangsung selama tiga hari. Hari pertama di Universitas Islam Indonesia (UII) diisi dengan presentasi proyek serta coaching class bersama para profesional project manager dari PMI. Hari kedua para finalis diajak field trip ke Kotagede, Yogyakarta, untuk melakukan studi kasus langsung. Dari kunjungan lapangan tersebut, setiap tim diminta menyusun MPMP baru dan mempresentasikannya. Puncak acara berlangsung di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan agenda presentasi hasil studi lapangan dan sesi awarding.
Meskipun belum berhasil meraih posisi juara utama, pencapaian hingga tahap final menjadi pengalaman yang berharga bagi tim. Nur Haliza bersama teman-temannya mengakui terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam mengikuti perlombaan ini, “Kami cukup nekat dengan broken English kami. Kalau bahan tertulis masih bisa disiapkan, tapi untuk komunikasi dan presentasi ini yang benar-benar challenging banget.” Ucap haliza kepada tim uisi media.
Selain kendala bahasa, Haliza menambahkan bahwa manajemen waktu menjadi tantangan lain yang tidak kalah berat. Ia menuturkan bahwa seluruh anggota tim sedang menjalani kesibukan lain, mulai dari kuliah, magang, hingga pekerjaan. “Untuk menentukan waktu kerja kelompok dan mengejar deadline itu lumayan mepet. Tapi kami saling bantu dan saling backup, jadi semua bisa selesai tepat waktu,” jelasnya.
Kendati penuh tantangan, tim merasa sangat bersyukur dapat menimba ilmu langsung dari para ahli project management. Haliza menyebut, pengalaman di PMC membuat mereka semakin percaya diri dan sadar bahwa kemampuan komunikasi serta pengelolaan proyek bisa terus diasah melalui praktik nyata.
Keberhasilan Tim Bubadibako juga tidak lepas dari peran dosen pembimbing, Ibu Grandys Frieska, Ph.D., salah satu dosen program studi Sistem Informasi yang mendampingi mereka sepanjang proses kompetisi. “Beliau sangat sabar dan selalu mendukung kami. Itu yang membuat kami lebih tenang dan semangat,” kata Haliza.
Sebagai penutup, Haliza menyampaikan harapannya agar semakin banyak mahasiswa UISI yang berani mencoba mengikuti PMC di tahun-tahun berikutnya. “Kami berharap ke depan teman-teman di UISI bisa nyobain join PMC juga karena emang se-worth it itu. Kalau Bubadibako belum bisa juara, tim UISI selanjutnya pasti bisa,” pungkasnya dengan penuh semangat dan optimisme.