Ekspresi bahagia Syarifatus Sholihah dan Moh. Afit Hariyanto setelah berhasil meraih juara.
Ekspresi bahagia Syarifatus Sholihah dan Moh. Afit Hariyanto setelah berhasil meraih juara.
19 Maret 2019 | Tim Media UISI

Mahasiswa Teknik Kimia Raih Juara 3 Ekuitas Creative Economics Week 2019.

Mahasiswa teknik kimia meraih juara 3 business plan yang menghasilkan inovasi produk "Sano Soap" dengan membuat aplikasi produk kampung sosial enterpreneur sebagai wadah kreatifitas produk pengelolahan limbah ampas kopi.

Bandung – Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Internasional Semen Indonesia kembali menorehkan prestasi dalam ajang kompetisi ETICS (Ekuitas Creative Economics Week) 2019. Jawara Teknik Kimia UISI angkatan 2016 beranggotakan Moh. Afit Hariyanto dan Syarifatus Sholihah berhasil meraih predikat juara 3 dalam perlombaan tersebut. Kompetisi yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa STIE Ekuitas, Bandung diselenggarakan pada 6 - 12 Maret 2019.

Jalan yang dilalui Moh. Afit Harianto dan rekannya untuk memperoleh predikat juara tidaklah mudah. Mereka bersaing dengan mahasiswa dari ITB, UB, UPI, UNIKOM, STIE EKUITAS, dan masih banyak lagi. Mereka harus melewati beberapa tahapan dari ETICS 2019 mulai dari proposal submission, kemudian dilanjutkan project presentation. Pada tahap proposal submission seluruh pendaftar disaring hingga menjadi 10 tim. Kemudian 10 tim tersebut berhak untuk mengikuti acara utama untuk mempresentasikan bisnis mereka di hadapan dewan juri pada Selasa (12/3).

Kompetisi business plan ini bertajuk “Menggali Potensi Mahasiswa Melalui Ekonomi Kreatif dalam Menghadapi industry 4.0”. Tim UISI menghasilkan aplikasi suatu produk yang telah dibuat sebelumnya yakni “Sano Soap” yang mana produk tersebut memanfaatkan limbah ampas kopi sebagai bahan utamanya. Inovasi tersebut diaplikasikan pada sosial preneur Kampung Sosial Entrepreneur” yang berfungsi sebagai wadah untuk meningkatkan kreatifitas masyarakat terutama generasi muda dan kaum difabel dalam pengelolahan ampas limbah kopi.

“Karena menurut data dari Disperindag bahwa di kota Lamongan, Tuban, dan Gresik terdapat sekitar 2000-an lebih warung kopi. Sehingga secara otomatis limbah yang dihasilkan sangat melimpah. Kemudian kami membutuhkan banyak pihak untuk berkontribusi dalam mengelola limbah ampas kopi. Dengan kampung sosial ini kami akan melatih pemuda dan masyarakat untuk mengelola limbah dengan menghasilkan produk yang mempunyai nilai tinggi dan produktif.” ujar Moh. Afit Hariyanto, salah satu anggota tim. (aml/ aar)

Artikel Terkait