Pengalaman Pertama Tim UISI Raih Juara 2 pada Kompetisi Innovation Challenge
Jakarta - Mahasiswa Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) kembali mengukir prestasi di ajang Kompetisi Innovation Challenges bidang pasca panen ikan segar untuk pemasaran lokal. Kompetisi ini merupakan program tingkat nasional yang diadakan oleh Program Indonesia–Posth arvest Loss Alliance for Nutrition (IPLAN) yang bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan RI dan didukung penuh Kementrian Kelautan Perikanan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Innovation Factory dan NTUitive.
Kompetisi yang berlangsung mencari inovasi teknologi pasca panen yang bisa diterima pengguna dan dipasarkan. Inovasi diutamakan untuk mengurangi post harvest loss (PHL) ikan segar dari tempat pendaratan hingga ke konsumen di lima titik kritis. Lima titik kritis yaitu tempat pendaratan ikan (titik kritis 1), transportasi dan distribusi (termasuk pedagang ikan dan sayur–sayuran keliling) (titik kritis 2), pengecer di pasar (termasuk penjual pinggir jalan) (titik kritis 3), sistem penyimpanan kecil (small storage system) (titik kritis 4), dan bahan pendingin alternatif (pengganti es) (titik kritis 5).
Tim dari UISI yang beranggotakan Fahrul Fauzan (Angkatan 2016), Firda Rosa Nur Hakiki (Angkatan 2017) dan Imroatul Muanifah (angkatan 2017) merupakan mahasiswa Departemen Teknik Logistik yang telah berhasil mengalahkan tim lain dan memenangkan Juara 2.
Pengumuman finalis diumumkan pada tanggal 5 Desember 2018 dan akan dipilih 5-10 pemenang yang akan mendapatkan akses ke ahli industri perikanan serta hadiah uang tunai dengan total Rp 350 juta. Ditambah dengan grant, total hadiah mencapai Rp 1 Miliar. Setelah itu pada tanggal 12 Desember 2018 dilakukan pitching (presentasi) dan pengumuman pemenang yang akan mengikuti bootcamp selama dua hari di Jakarta. Hal tersebut untuk pendampingan hingga pengembangan bisnis dan diberikan grant untuk uji coba.
Mereka menyumbangkan prestasi pada titik kritis yang kelima yaitu bahan pendingin alternatif pengganti es. Menggunakan bahan–bahan berupa tepung tapioka, air, garam dan cuka, mereka berhasil menemukan bahan pendingin alternatif pengganti es. Diperlukan riset untuk menentukan komposisi yang pas agar bahan alternatif pengganti es ini dapat bertahan lebih lama. Produk mereka bernama “Pung–Pung Ice” yang berarti es dari tepung.
“Awal–awal hanya bertahan 2 jam saja, sampai kami menemukan komposisi yang pas itu dapat bertahan sekitar 8-9 jam. Namun, waktu dibawa ke Jakarta saat dipresentasikan, “Pung–Pung Ice” ini dapat bertahan selama kurang lebih 16 jam dengan suhu -20°C sampai -30°C".
Untuk kedepannya tim ini akan mengembangkan lagi produk temuan ini dari segi komposisi hingga biaya. "Melihat kemungkinan produk ini apakah cocok atau tidak untuk diterapkan di dunia industri yang sesungguhnya”, sambung Fahrul Fauzan, sebagai Ketua tim. (msl/uda)