Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian UISI, Bantu Warga Dusun Kaliombo Lamongan Kurangi Penggunaan Pupuk Kimia
Lamongan-Bahaya penggunaan pupuk kimia secara terus menurus telah banyak disosialisasikan. Bahkan telah menjadi topik pembelajaran di sekolah dasar. Namun, secara penerapannya masih banyak petani di Indonesia yang lebih suka menggunakan pupuk kimia. Hal tersebut terbukti terjadi pada dusun Kaliombo desa Balongwangi yang terletak pada Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan.
Oleh karena itu pada Kamis (01/10) Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMATRIAN) Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) melakukan sosialisasi pembuatan dan pentingnya penggunaan kompos di pertanian Dusun Kaliombo Desa Balongwangi Kecamatan Tikung Lamongan. Sosialisasi ini dihadiri oleh ibu-ibu warga setempat, kepala Dusun Kaliombo, perwakilan Kepala Desa Balongwangi, perwakilan Perangkat Daerah Kecamatan Tikung dan perwakilan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan.
Para petani di wilayah tersebut hanya 5 petani yang mulai beralih pada penggunaan pupuk organik. Padahal pupuk organik yang tersedia memiliki harga lebih murah dari pupuk kimia. Selain mampu mengurangi pengeluaran petani, pupuk kompos mampu membuat tanah bertambah subur.
Petani lebih suka menggunakan pupuk kimia karena membuat tanaman lebih cepat tumbuh. Sedangkan pupuk kompos cenderung lama dan bertahap. Belum lagi keluhan petani yang mengatakan bahwa, pupuk kompos menyebabkan tumbuhnya rumput liar. Namun, efek dari pupuk kompos yang terbilang instant tersebut membuat zat hara pada tanah berangsur habis. Bahkan penggunaan pupuk kimia butuh penambahan pada tiap penggunaanya.
“Nek saiki gawe 1 mes, sesok gak cukup 1 mes e kudu 2. Nambah maneh sak teruse (Apabila sekarang pakai 1 pupuk kimia, periode berikutnya tidak cukup satu harus dua. Tambah terus setiap penggunaanya),” ungkap Suwadi selaku kepala dusun Kaliombo desa Balongwangi kecamatan Tikung, Lamongan.
Suwadi mengeluhkan sebenarnya sudah sering dari dinas pertanian dan kehutanan memberikan sosialisasi penggunaan pupuk kompos pada warganya. Namun, sudah menjadi budaya warganya tidak mau melakukan terlebih dahulu apabila tidak ada bukti dari petani lain di sekitarnya yang telah berhasil.
Ketidakinginan tersebut diperparah ketika tau pada penggunaan pertama pupuk kompos mengakibatkan tumbuhnya rumput liar. “Kelebihan Pupuk kompos yang kami sosialisasikan tidak menyebabkan rumput liar, karena pada prosesnya difermentasi terlebih dahulu,” akui Lanang Pangestu sebagai salah satu anggota tim PHP2D HIMATRIAN UISI.
Pada sosialisasi, dilakukan praktik pembuatan pupuk kompos pada ibu-ibu warga setempat. Bahan yang digunakan pun mudah didapatkan pada lingkungan sekitar. Salah duanya, kotoran ternak sapi dan arang jerami. Kegiatan selanjutnya tidak berhenti pada hanya sosialisasi semata. Tim PHP2D HIMATRIAN UISI akan mendampingi pada tiap-tiap rumah, hingga muncul kebiasaan penggunaan pupuk kompos pada petani [tsa/mbn].