23 Agustus 2025 | Tim Media UISI

Mahasiswa UISI Raih Juara 1 Putera Puteri Kampus, Gaungkan Gagasan PULBIK

Dua mahasiswa UISI berhasil menjadi Putera Puteri Kampus Jawa Timur 2025

UISI - Menjadi juara 1 dalam sebuah ajang prestisius tentu bukan perjalanan singkat. Hal itu pula yang dialami oleh dua mahasiswa Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) yang berhasil meraih gelar juara pertama di tingkat provinsi. Perjalanan panjangnya diwarnai dengan perjuangan, rasa syukur, serta semangat untuk membawa perubahan positif. Isnanda Saputra, mahasiswa program studi Teknologi Industri Pertanian dan Zabrina Haria Yuniar, mahasiswi program studi Teknik Logistik berhasil mengharumkan nama kampus setelah keduanya terpilih menjadi juara 1 dalam ajang Putera Puteri Kampus Jawa Timur. 

“Rasanya campur aduk antara senang, bersyukur, dan nggak nyangka. Dari awal saya memang sudah niat, jadi semua proses itu saya jalani dengan penuh persiapan dan tanggung jawab. Setiap tugas saya siapkan jauh-jauh hari, dan selebihnya saya percaya pada diri saya sendiri. Yang paling penting juga adalah doa dan restu orang tua serta ridho Allah,” ungkap Nanda.

 

Ia mengaku, alasan utama mengikuti ajang ini bukan semata-mata untuk gelar atau eksistensi, melainkan ingin menghadirkan energi baru bagi mahasiswa. “Saya ingin menjadi bagian dari perubahan yang positif. Saya ingin menyuarakan isu-isu mahasiswa, membangun ruang kolaborasi, dan menghadirkan gagasan advokasi yang saya beri nama PULBIK (Pulih Lebih Baik). Gagasan ini bertujuan membuka ruang kolaborasi dan sinergi agar kita bisa tumbuh bersama dan saling menguatkan,” jelasnya.

Perjuangan menuju panggung grand final memakan waktu kurang lebih lima bulan. Dimulai sejak Februari saat pendaftaran, hingga tahapan intensif pra-karantina dan karantina pada Juni–Juli. Selama masa itu, ia tetap harus menjalankan perkuliahan, aktif di organisasi, sekaligus mempersiapkan kompetisi.

“Kendala terbesarnya adalah manajemen waktu. Tapi saya belajar bahwa ketika dijalani dengan ikhlas dan niat yang baik, hal-hal baik akan datang. Saya banyak dibantu orang-orang di sekitar, dan itu membuat saya merasa tidak sendiri,” tutur Zabrina.

Dalam ajang yang diikuti, mereka menegaskan bahwa persiapan paling penting adalah knowledge. “Sebagai representasi kampus, kami nggak hanya membawa nama institusi, tapi juga membawa suara mahasiswa. Kami harus bisa jadi representative yang bisa berdiskusi, menyampaikan aspirasi, sekaligus menjadi teman sebaya bagi sesama mahasiswa.”

Meski sempat minder saat melihat lawan yang tak kalah hebat, keduanya memilih untuk tidak fokus pada persaingan. “Rasa ragu itu ada, apalagi saya harus berkompetisi di tempat rantau. Tapi saya percaya bahwa setiap orang punya keunikannya masing-masing. Kompetisi ini bukan soal siapa yang paling sempurna, tapi siapa yang paling siap membawa dampak,” ujar Nanda. 

Mereka juga menyampaikan pesan untuk mahasiswa lain, keduanya menekankan bahwa kompetisi bukan tujuan akhir, melainkan jalan untuk bertumbuh.
“Jangan ikut hanya untuk gelar atau eksistensi, tapi ikutlah karena ingin belajar, bertumbuh, dan memberi arti. Persiapkan dirimu bukan hanya dari sisi intelektual, tapi juga emosional dan spiritual. Percayalah, usaha tidak akan mengkhianati hasil,” pesannya.

Ia juga menambahkan: “Hidup cuma sekali, maka berbuatlah yang berarti. Jangan takut gagal, karena keberhasilan dan kegagalan sama-sama bisa menguatkanmu kalau kamu mau belajar. Siapapun kamu, dari mana pun kamu berasal, kamu punya potensi untuk jadi versi terbaik dari dirimu. Jadi… terus melangkah, terus belajar, dan jangan pernah ragu untuk bersinar.” (may)

Artikel Terkait