Membangun Persepsi Baik Selama Pandemi dengan The Spirit Of Change
UISI - Departemen Ekonomi Syariah Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) kembali aktif berkontribusi dalam membangun semangat mahasiswa dan masyarakat untuk tetap produktif dan bermanfaat selama menghadapi masa pandemi. Dengan mengusung tema “The Spirit Of Change”, acara Webinar tersebut telah berhasil dilaksanakan pada Rabu (10/06), melalui Google Hangouts meet dengan menghadirkan seorang penulis terkenal yakni Ustadz Abdul Wahid Faidzin S.EI., M.SEI.
Pada awal acara, Ustadz Faidzin menyampaikan bahwa Allah adalah harapan untuk setiap kesulitan yang dihadapi setiap orang, yang menjawab setiap doa, dan solusi dari setiap masalah yang ada. Seperti dicontohkan oleh beliau melalui kisah-kisah para nabi dan rosul terdahulu dan kisah-kisah lainnya.
Maka, persepsi yang baik itu harus dibangun dan diterapkan melalui semangat untuk berubah. Seperti kebanyakan yang terjadi selama pandemi ini, banyak kasus PHK, maka persepsi baiknya adalah bisa jadi jalan hidupnya adalah pengusaha. Omset turun, bisa jadi agar lebih kreatif. Dan di rumah saja, tidak menutup kemungkinan agar lebih dekat keluarga dan lebih produktif, dan lain sebagainya. Beliau juga membagikan beberapa quotes diantaranya
“Orang cerdik akan berusaha merubah kerugian menjadi keuntungan. Sedangkan orang bodoh akan membuat suatu musibah menjadi bertumpuk dan berlipat ganda," katanya.
“Jadikan lemon yang asam menjadi minuman manis yang segar, Jadikan asamnya cobaan menjadi manisnya kehidupan yang penuh tantangan," imbuhnya.
Di akhir materi, Ustadz Faidzin menjelaskan mengenai rezeki yang dikaitkan oleh sebuah persepsi, dimana “Rezeki adalah segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan (harta, ilmu, kesehatan, akhlak, dll)”. Kemudian mengenai bentuk rezeki, ada 2 bentuk yaitu rezeki yang mencarimu dan rezeki yang harus kamu cari dan datangi, dan persepsi baik adalah salah satu jalan untuk mendatangkan rezeki dengan bisa mengubah masalah menjadi sebuah solusi.
“Di saat pandemi ini, tidaklah di rumah saja dengan diam, tapi harus lebih produktif, karena sebuah masalah tidak selalu menjadi masalah, tetapi bisa menjadi sebuah solusi” tutur beliau. (muh/fns)