Menjawab Tantangan Agroindustri Pasca Pandemi Bersama TIN UISI
Gresik – Pada Minggu (11/4) Himpunan Mahasiswa Teknik Agroindustri Universitas Internasional Semen Indonesia (HIMA TIN UISI) berhasil menggelar kegiatan seminar nasional bertajuk “Peran Generasi Z dalam Upaya Peningkatan Perekonomian di Sektor Pertanian Pasca Pandemi Covid-19” yang menghadirkan dua orang narasumber yakni Donnie Aqsha, Founder PT. Agrowing Agrikultura Indonesia dan Laras Widyaputri, CEO PT. Ecodoe Widya Candia Internasional. Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan semangat para generasi muda khususnya mahasiswa Agroindustri UISI dalam memberikan kontribusi pada sektor pertanian pasca pandemi.
Webinar dibuka dengan pengantar dari Rektor UISI, Prof. Dr. Eng. Ir. Herman Sasongko. Lalu dilanjutkan narasumber pertama, Donnie Aqsha yang mengenalkan perusahaannya serta kiat-kiat dalam memulai sebuah bisnis.
Donnie membagikan kiat memulai bisnis. Diawali dengan menentukan niat untuk berbisnis, mencari ide bisnis, mulai mengidentifikasi ide bisnis yang dipilih dan dapat dituangkan dalam bentuk Business Model Canvas (BMC), serta yang terakhir adalah buat rencana aksi dan jalankan. Kini ia telah membuktikannya dengan berdirinya PT. Agrowing Agrikultura Indonesia. Sebuah perusahaan yang menyediakan produk pertanian dengan hasil utama yaitu buah tropis nusantara yang menerapkan sistem integrated farming dengan memaksimalkan pertanian modern.
"Tantangan yang dihadapi Indonesia yaitu sistem pertanian yang masih tradisional serta potensi yang ada kurang dimanfaatkan secara maksimal," tutur Donnie
Sejalan dengan Donnie, Laras Widya Putri juga mengusung nuansa agro-technopreneur pada bisnis yang ia jalankan. Ecodoe adalah sebuah aplikasi IT yang menyediakan platform untuk UMKM Indonesia supaya dapat terhubung dengan buyer souvenir yang membutuhkan dalam jumlah besar dan cepat.
Di masa pandemi Covid-19, bisnis Ecodoe pun terkena dampak. Namun seluruh tim telah membuat perubahan besar bagi perusahaan untuk mencari berbagai peluang baru yang menopang pencapaian jangka panjang secara lebih luas lagi. Dalam seminggu, terjadi penurunan jumlah prospek secara drastis sehingga tim memikirkan cara agar Ecodoe dapat bertahan. Salah satunya dengan mengedukasi creator untuk memproduksi perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD), masker kain, dan perlengkapan medis lainnya.
Dalam tiga hari promo Ecodoe mendapatkan permintaan lebih dari 200.000 pcs. Bahkan ada permintaan 10 juta pcs masker kain. Sampai dengan bulan April saja telah terjual 1003 baju APD, 2250 pcs masker kain standar WHO, 397 botol Hand Sanitizer dan 50 unit penutup sepatu. Kemudian Ecodoe menginisiasi Ecodoe Group sebagai bentuk usaha membawahi ecodoe.com (B2B E-procurement) dan Commerce Advisory (digital agency). Sebagai bentuk kontribusi kepada UMKM, Ecodoe tidak hanya memberikan akses melalui Ecodoe.com namun juga berencana meluncurkan UMKM e-Inkubator sebagai medium akselerasi UMKM agar naik kelas. Harapan UMKM dapat tumbuh setelah di-inkubasi, seperti yang Ecodoe alami melalui program PPBT Kemenristek/BRIN. (lia/fns)