Ucapan selamat  dari kemahasiswaan UISI kepada tim yang lolos pkm (Foto: Instagram)
Ucapan selamat dari kemahasiswaan UISI kepada tim yang lolos pkm (Foto: Instagram)
25 Agustus 2020 | Tim Media UISI

Pemanfaatan Limbah Mikroalga, Ide Cerdik Tiga Mahasiswa Teknik Kimia UISI Lolos Pendanaan PKM DIKTI

PKM-PE Pemanfaatan limbah mikroalga oleh tiga mahasiswa Teknik Kimia UISI dilatarbelakangi dari permasalah di lingkungan sekitar yaitu kadar CO2 yang semakin meningkat di atmosfer yang biasanya disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.

Gresik- Pemanfaatan limbah mikroalga membawa tiga mahasiswa Teknik kimia Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian Eksata (PE) yang selenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (KEMENRISTEK DIKTI). Tiga mahasiswa tersebut adalah Rani Atiq Imani, Retno Mardiyah Aisyah dan Dwiki Adam prayoga.

Dibawah pendampingan dosen bu Eka Lutfi Septiani, S.T., M.T. tim ini mengajukan proposal dengan judul “Pemanfaatan Mikroalga Nannochloropsis Gaditana Dalam Sintesa Amine Functionalize Cellulose Foam Sebagai CO2 Capture Melalui Proses Freeze Drying”. Ketua tim, Rani Atiq mengungkapkan bahwa ide PKM-PE pemanfaatan mikroalga tersebut dilatarbelakangi dari permasalah di lingkungan sekitar yaitu kadar CO2 yang semakin meningkat di atmosfer yang biasanya disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil atau bahkan hasil gas buang yang ada di industri.

 “Oleh karena itu PKM ini berinovasi untuk menghasilkan CO2 capture dimana dapat mengurangi kadar CO2 di atmosfer, selain itu juga dapat mengurangi limbah ampas mikroalga tersebut”, Ucapnya.

Walaupun karena pandemi kebijakan dari DIKTI diubah menjadi daring yaitu review jurnal dengan output video inovatif. Namun Rani Atiq mengaku, ia dan tim tidak banyak mengalami kesulitan dalam penelitian yang sebelumnya estimasi awal mereka running pembuatan produk 5-6 bulan menjadi 2 bulan.

“Sebetulnya lebih mudah secara teknis karena kita bisa daring mekakukan review jurnal dimana saja. Namun kesulitannya lebih ke miss communication. Terus kurang greget aja, kan PKM-PE identik dengan running di laboratorium, jadi ya kurang dapet gitu feel nya”, ungkapnya.

Rani Atiq berharap PKM ini dapat terus dikembangkan lebih lanjut nantinya karena menurutnya sangat solutif. “Semoga setelah mereda pandemi ini, penelitian bisa dikembangkan lebih lanjut oleh adek tingkat, bisa running di laboratorium dan bisa tahu produk final inovasinya bagaimana”, Harapannya.

Diakhir sesi wawancara tak lupa Rani memberi tips dan pesan untuk mengajak seluruh teman-teman mahasiswa UISI untuk lebih kritis dengan dunia sekitar dan semangat untuk menulis PKM.

“Tidak perlu jauh-jauh dari kita melek mata bangun aja pasti ada hal yang bisa diimprove dan dikembangkan, setelah dapat ide dari kesadaran itu baru dikuatkan dengan niat!, dan tips nya yaitu menggandeng partner yang satu visi, jangan yang ogah-ogahan, nanti bukannya selesai penelitian malah ketunda-tunda bisa nggak kedaden istilahnya”, Pesan Rani. [fit/tia]

Artikel Terkait