Sistem Informasi Terintegrasi Membantu Opersional Puskesmas
GRESIK - Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bagian penting dalam pokok Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Namun sistem informasi kesehatan belum memadai bagi beberapa Puskesmas, maka tiga dosen dari Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) yaitu M. Arif Rasyidi, S.Kom., M.Sc., Lailatul Hidayah, S.Kom., M.S., dan Puji Andayani, S.Si., M.Si., M.Sc. membuat sebuah Sistem Informasi Terintegrasi untuk UPT Puskesmas Lawang, Malang guna mengatasi keresahan tersebut.
“Sistem Informasi ini membantu operasional Puskesmas menjadi lebih efisien dan menghindari terjadinya duplikasi data,” ujar Lailatul selaku dosen Informatika UISI. Dengan jumlah pasien rata-rata perhari 150 pasien, dan jumlah poli yang beragam, sampai saat ini belum ada sistem informasi yang memfasilitasi pencatatan rekam medik dengan optimal. Hal ini menyebabkan timbulnya duplikasi data pasien, sehingga tenaga medis tidak mendapat informasi yang akurat mengenai riwayat kesehatan pasien. Dan juga pelayanan menjadi lebih lama karena proses pendaftaran yang masih manual. Beberapa permasalahan tersebut mendasari ketiga dosen tersebut untuk membangun Sistem Informasi Terintegrasi untuk UPT Puskesmas Lawang.
Sistem informasi Terintegrasi ini digunakan untuk menyimpan data rekam medik pasien. Semua data rekam medik puskesmas yang sebelumnya disimpan secara manual akan secara bertahap dipindahkan ke sistem informasi yang dibangun serta mengotomatisasi alur pendaftaran ke poli yang diperlukan. “Bimbingan dan monitoring penggunaan sistem juga dilakukan untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dan digunakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan”, tambah Arif selaku dosen Informatika UISI.
Dengan adanya sistem informasi rekam medik ini diharapkan pelayanan puskesmas dapat menjadi lebih baik dan efisien. Pasien yang datang ke puskesmas akan dapat terlayani dengan lebih cepat. Catatan riwayat kesehatannya juga dapat diketahui secara lengkap sehingga diagnosa dokter bisa menjadi lebih akurat. Selain itu resiko rusak, hilang, dan duplikasi data rekam medik pasien juga akan dapat diminimalisir (*).